Agatha Christie dan Para Detektif Eksentrik – Karya Agatha Christie yang berjudul *The ABC Murders* merupakan salah satu novel paling terkenal dalam seri detektif Hercule Poirot. Dalam cerita ini, seorang pria melakukan serangkaian pembunuhan secara acak terhadap individu-individu yang namanya diawali dengan huruf A, B, dan C, sesuai dengan urutan abjad.
Agatha Christie dan Para Detektif Eksentrik
detektiv – Si pelaku meninggalkan panduan ABC di samping tubuh setiap korban untuk menciptakan kesan bahwa tindakan tersebut merupakan pembunuhan berantai. Semua ini dilakukan untuk menutupi identitas sasaran pembunuhan yang sebenarnya, yang namanya diawali dengan huruf C. Hal ini diungkapkan oleh tokoh fiktif Heiji Hattori dan Conan Edogawa dalam episode 326 dari serial *Detektif Conan*, yang merupakan bagian dari kasus *The Red Horse within the Flames*.
*The ABC Murders* adalah salah satu karya Agatha Christie. Ia dijuluki sebagai “Ratu Misteri” atas karya-karya novel detektifnya yang sangat banyak.
Baca Juga : Jenis Style Fashion yang Siap Memukau Tampilan
Agatha Christie lahir di Inggris pada tanggal 15 September 1890 dengan nama lengkap Agatha Mary Clarissa. Nama tersebut merupakan pemberian dari ibunya dan neneknya, yang terinspirasi dari salah satu tokoh dalam novel favorit ibunya. Jane Morgan dalam bukunya yang berjudul *Agatha Christie: A Biography* (1985) menggambarkan ibunda Agatha, Clarissa atau Clara, sebagai seorang paranormal, sedangkan ayahnya, Frederick, adalah seorang berkewarganegaraan Amerika yang memiliki semangat yang tinggi. Agatha adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakak perempuannya, Medge, berusia 11 tahun lebih tua darinya, sedangkan kakak laki-lakinya, Monty, berusia 10 tahun lebih tua.
Clara memiliki pandangan bahwa seorang anak baru boleh mulai membaca buku pada usia delapan tahun, guna menjaga kesehatan mata dan pikiran anak tersebut. Namun, pandangan ini tidak berlaku bagi Agatha. Sejak kecil, ia telah menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap kata-kata dan kalimat, terutama yang disampaikan oleh Medge yang humoris dan suka bercerita.
Pada ulang tahun yang ketiga, Medge memberikan Agatha sebuah buku berjudul *The Ballad of Beau Brocade and Other Poems of the XVIIIth Century* karya Henry Austin Dobson. Meskipun buku ini tergolong sulit untuk dibaca oleh seorang anak berusia tiga tahun, Agatha tetap merasa senang. Medge juga merupakan motivator yang mendorong Agatha untuk menulis novel misteri yang kemudian mengukuhkan namanya di dunia sastra.
Pada tahun 1905, Agatha sempat menempuh pendidikan di Paris, dan lima tahun kemudian ia kembali ke Inggris. Pada tahun 1910, Clara didiagnosis menderita penyakit serius. Beberapa dokter telah mendiagnosisnya dengan penyakit batu empedu, paratifoid, hingga radang usus buntu. Mereka menyarankan Clara untuk tinggal di Mesir, daerah yang lebih hangat dibandingkan Inggris. Agatha pun menemani ibunya yang sudah lanjut usia selama mereka tinggal di Mesir. Pada tahun 1914, Agatha menikah dengan seorang perwira Inggris, Archibald Christie, dan lima tahun kemudian mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Rosalind Margaret Clarissa.
Jane Morgan mencatat bahwa tahun 1919 menjadi tahun penting bagi Agatha. Selain menjadi tahun kelahiran putrinya, pada tahun tersebut ia juga menerima tawaran dari John Lane untuk membahas penerbitan novel pertamanya, *The Mysterious Affair at Styles*. Novel tersebut diterbitkan pada tahun 1920 di Inggris dan Amerika, dan *The Weekly Times* membeli hak publikasi novel itu seharga £50. Sejak saat itu, nama Agatha dikenal luas sebagai seorang novelis.
Baca Juga : Kisah Detektif Swasta Lokal
Dunia Hercule Poirot dan Jane Marple
Agatha Christie sangat lekat dengan dua tokoh fiktif yang ia ciptakan, yakni Hercule Poirot dan Jane Marple. Dalam novel pertamanya, *The Mysterious Affair at Styles* (1920) atau *Misteri di Styles* (2019), Poirot digambarkan sebagai seorang mantan polisi Belgia yang mengungsi ke Inggris. Ia merupakan seorang perokok berat dengan kumis yang khas. Karakter Poirot ini juga menjadi inspirasi bagi tokoh detektif Kogoro Mouri dalam serial *Detektif Conan*.
Hercule Poirot, tokoh protagonis dalam karya-karya Agatha Christie, muncul lebih dari dua puluh kali sebelum akhirnya “dimatikan” dalam novel “Curtain” (Tirai) yang diterbitkan pada tahun 1975. Kematian Poirot diberitakan oleh surat kabar The New York Times pada tanggal 12 Oktober 1975 melalui dua artikel pendek yang berjudul “Hercule Poirot, il est mort” dan “Curtain”.
Tokoh detektif lainnya adalah Jane Marple, yang dikenal sebagai Miss Marple. Ia pertama kali diperkenalkan dalam novel “Murder at the Vicarage” (Pembunuhan di Wisma Pendeta) yang diterbitkan pada tahun 1930. Marple digambarkan sebagai seorang perawan tua yang berusaha menyelesaikan kasus pembunuhan di sebuah desa. Sosok Marple terkenal sebagai pengamat yang tajam dengan perilaku yang lembut.
Influensi karakter Marple ini dirasakan oleh Gosho Aoyama, pencipta serial “Detektif Conan”, yang menciptakan karakter Nenek Furuyo Senma dalam episode ke-219 berjudul “The Gathering of Detectives! Shinichi Kudo vs Kaitou Kid”. Dalam episode tersebut, Ran Mouri, anak Kogoro, menggambarkan Nenek Senma sebagai seorang detektif perempuan tua yang mampu memecahkan kasus hanya dengan duduk di kursi goyang.
Pada tahun 1926, Agatha Christie bercerai dari suaminya, Archibald Christie. Kemudian, ia melakukan perjalanan dari Inggris ke Timur Tengah dengan menggunakan kereta api ekspres. Pengalaman tersebut menginspirasi penulisan novel “Murder on the Orient Express” yang diterbitkan pada tahun 1934. Novel ini menceritakan upaya Poirot dalam memecahkan kasus pembunuhan yang terjadi di atas kereta ekspres. Charles D. Ellis dalam bukunya, “Murder on the Orient Express: The Mystery of Underperformance” (2012), mengemukakan bahwa novel ini memiliki plot akhir yang unik, yaitu “tidak ada satu tersangka yang bersalah, semua tersangka bertanggung jawab”.
Novel setebal 256 halaman ini berhasil menarik perhatian dan menginspirasi sutradara Sidney Lumet untuk mengadaptasinya menjadi film pada tahun 1974. Selanjutnya, pada tahun 2017, sutradara Kenneth Branagh menghadirkan kembali film “Murder on the Orient Express” yang dirilis pada bulan November. Selain mengambil peran sebagai sutradara, Kenneth Branagh juga memerankan karakter utama, yaitu detektif Poirot.
Terus Berkarya Meski Kesehatan Menurun
Selain dikenal sebagai penulis novel detektif, Agatha Christie juga pernah menghasilkan karya novel romansa dengan menggunakan nama pena Marry Westmacott. Dalam bukunya yang berjudul *Agatha Christie and the Detective Film: A Timetable for Success* (1975), Irene Kahn Atkins mencatat bahwa Agatha Christie telah menulis sekitar 80 novel, dengan rata-rata satu judul yang diterbitkan setiap tahun. Guinness World Records mencatatnya sebagai novelis terlaris sepanjang masa, dengan penjualan karyanya mencapai lebih dari dua miliar eksemplar dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 7. 236 bahasa.
Selain karya-karya novel, Agatha Christie juga mengekspresikan kreativitasnya melalui naskah teater. Salah satu naskah terkenalnya, *The Mousetrap*, telah menjadi produksi teater terpanjang yang digelar di dunia. Pertama kali dipentaskan di London pada tahun 1952, *The Mousetrap* tercatat telah tampil di panggung sebanyak 26. 113 kali hingga 11 Juli 2015.
Pada tahun 1970-an, kondisi kesehatan Agatha mulai menurun. Meskipun demikian, ia tetap aktif dalam menerbitkan novel-novelnya, antara lain *Nemesis* (1971), *Elephants Can Remember* (1972), *Curtain* (1975), serta akhir kisah Marple dalam novel *Sleeping Murder* pada tahun 1976. Selain itu, Agatha viết juga menulis autobiografi yang berjudul *Agatha Christie: An Autobiography*, yang diterbitkan setahun setelah kepergiannya.
Penyakit Alzheimer yang diderita Agatha semakin memperburuk kondisi kesehatannya. Pada tanggal 12 Januari 1976, tepat 46 tahun yang lalu, Agatha Christie mengembuskan napas terakhirnya di Winterbrook, Inggris, pada usia 85 tahun. Dunia kehilangan sosok yang dikenal sebagai Ratu Misteri dan berkabung atas kepergiannya.